Grab didirikan pada tahun 2011 di Malaysia. Grab dicetuskan pria kaya asal Malaysia yang merupakan lulusan Harvard Business School Amerika Serikat bernama Anthony Tan bersama rekannya Tan Hooi Ling. Ide Grab yang dulunya bernama GrabTaxi muncul di kepala Tan saat dia kuliah. Dari tahun 2011 sampai saat ini tahun 2017 Grab berkembang pesat dan menjadi salah satu Penyedia aplikasi transportasi online di Indonesia.
Anthony Tan |
Tan Hooi Ling |
Grab (sebelumnya dikenal sebagai
GrabTaxi) adalah sebuah perusahaan asal Singapura yang melayani aplikasi
penyedia transportasi dan tersedia di tujuh negara di Asia Tenggara, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Filipina.
Di Indonesia sendiri, Grab sudah tersedia dibanyak kota, yaitu: Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, Bandung, Cimahi, Cirebon, Semarang, Solo, Yogyakarta, Magelang, Klaten, Surabaya, Malang, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Batu, Denpasar, Singaraja, Palembang, Pekanbaru, Lampung, Jambi, Batam, Medan, Binjai, Deli Serdang, Padang, Makassar, Maros, Gowa, Balikpapan, Banjarmasin, Manado, Mataram, Aceh, Bengkulu, Karawang, Sumedang, Indramayu, Cianjur, Tasikmalaya, Garut, Purwakarta, Kudus, Gunung Kidul, Sleman, Bantul, Kulon Progo, Kediri, Tabanan, Pangkalpinang, Samarinda, Singkawang, Pontianak, Palu, Pati, Demak, Pekalongan, Serang, dan Subang.
Grab memiliki
visi untuk merevolusi industri pertaksian di Asia Tenggara, sehingga dapat
memberikan keamanan serta kenyamanan bagi pengguna kendaraan seantero Asia
Tenggara. Hingga bulan Maret 2015, jumlah pengguna Grab mencapai 3,8 juta
pengguna. Grab tersedia untuk sistem operasi Android, iOS, dan BlackBerry.
Di Indonesia sendiri, Grab sudah tersedia dibanyak kota, yaitu: Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, Bandung, Cimahi, Cirebon, Semarang, Solo, Yogyakarta, Magelang, Klaten, Surabaya, Malang, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Batu, Denpasar, Singaraja, Palembang, Pekanbaru, Lampung, Jambi, Batam, Medan, Binjai, Deli Serdang, Padang, Makassar, Maros, Gowa, Balikpapan, Banjarmasin, Manado, Mataram, Aceh, Bengkulu, Karawang, Sumedang, Indramayu, Cianjur, Tasikmalaya, Garut, Purwakarta, Kudus, Gunung Kidul, Sleman, Bantul, Kulon Progo, Kediri, Tabanan, Pangkalpinang, Samarinda, Singkawang, Pontianak, Palu, Pati, Demak, Pekalongan, Serang, dan Subang.
Di Indonesia, Grab telah tersedia berbagai macam layanan, seperti Taksi, Mobil, Ojek, Kurir, GrabFood, Hitch Bike, Hitch Car, Rental, dan juga Parcel.
Anthony Tan merupakan cucu dari seorang supir taksi. Cucu supir taksi tersebut kini bisa menjadi BOS untuk para supir taksi.
Sewaktu kuliah itu ada temannya yang mengeluhkan sulitnya memesan taksi sewaktu dia berkunjung ke Malaysia. “Apa yang salah dengan sistem taksi di negerimu?” tanya temannya itu.
“Kakek buyutmu kan sopir taksi dan kakekmu memulai industri mobil Jepang di Malaysia, jadi kamu harusnya berbuat sesuatu untuk mengatasi masalah itu,” kata temannya lagi.
Begitulah, tercetus ide di kepala Tan untuk membuat layanan pemesanan taksi berbasis aplikasi bernama GrabTaxi. Awalnya, namanya adalah MyTeksi, kemudian berubah nama jadi GrabTaxi pada tahun 2012. Kemudian diubah lagi baru baru ini hanya menjadi Grab.
Merasa mantap dengan aplikasi itu, Tan memilih meninggalkan bisnis keluarga. Padahal posisinya sudah bagus, yakni ditunjuk menjadi kepala marketing Tan Chong Motor Holdings, distributor mobil Nissan di Malaysia yang dijalankan oleh sang ayah, Tan Heng Chew.
“Membangun sesuatu dari bawah dengan hanya bermodal PowerPoint dan menyaksikan bagaimana hidup orang terkena pengaruhnya itu jauh lebih memuaskan,” demikian alasannya.
Perjudian Tan sukses. Grab makin populer dan mendapat suntikan dana besar dari investor. Raksasa telekomunikasi Temasek dan Softbank termasuk yang jadi investor Grab.
Pada pengumpulan dana terakhirnya, Grab sukses mengumpulkan kucuran dana dari investor senilai USD 350 juta atau di kisaran Rp 4,8 triliun. Dengan demikian, Grab sudah mendapat kucuran uang total USD 700 juta dari investor sejak dirilis tahun 2012.
Besar di Asia Tenggara
Besar di Asia Tenggara
Grab mengekor sukses Uber, tapi fokus pasar mereka masih sebatas di Asia Tenggara. Cukup berbekal smartphone, orang bisa memesan taksi dengan mudah, sekaligus melacak di mana lokasinya.
Grab beroperasi di Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Indonesia, Myanmar dan Filipina. Sampai bulan Maret 2015, sopir taksi yang terdaftar di Grab telah mencapai 75 ribu. Aplikasinya bisa diunduh di Google Play, AppStore dan BlackBerry World.
Tan sudah berencana melantai di bursa saham jika pesanan GrabTaxi sudah tembus 2 juta per hari. Mereka juga melakukan diversifikasi bisnis, yakni dengan GrabCar kemudian layanan ojek GrabBike.
GrabBike pertama kali dirilis di Vietnam di akhir 2014. Sekarang, GrabBike sudah merambah Jakarta dan Bangkok. Di Jakarta, GrabBike bertarung sengit dengan Go-Jek. Mereka berlomba menarik pengendara ojek, penumpang sampai perang tarif.
Tan memprediksi pengguna GrabTaxi akan terus melonjak seiring popularitas perangkat mobile. Pasarnya memang masih sangat besar. Di Indonesia misalnya, taksi yang dipesan dengan aplikasi masih di bawah 2%.
Tiga tahun berjalan, bisnis yang dirintis Anthony tumbuh menjadi aplikasi layanan kendaraan panggilan terbesar di Asia Tenggara. Pria 34 tahun ini memutuskan mengubah nama aplikasi GrabTaxi menjadi Grab pada awal 2016. Dia pun berharap Grab bisa meraih untung di tahun ini dari beberapa layanan.
Grab telah menggalang pendanaan sebesar US$ 700 juta sejak pertama kali dibangun. Perusahaan ini telah menerima investasi dari SoftBank dari Jepang, China Investment Corp, Temasek Holdings dari Singapura, dan Didi Kuaidi dari China yang memberi layanan serupa dengan Grab.
GrabTaxi jadi aplikasi yang tak tergoyahkan untuk layanan taksi panggilan. GrabCar bersaing dengan Uber dari Amerika Serikat yang juga agresif memperluas pasar operasional untuk layanan mobil panggilan. Sementara di Indonesia, GrabBike bersaing dengan Gojek yang dibangun Nadiem Makarim di bisnis ojek panggilan dan kurir instan.
GrabBike pertama kali dirilis di Vietnam di akhir 2014. Sekarang, GrabBike sudah merambah Jakarta dan Bangkok. Di Jakarta, GrabBike bertarung sengit dengan Go-Jek. Mereka berlomba menarik pengendara ojek, penumpang sampai perang tarif.
Tan memprediksi pengguna GrabTaxi akan terus melonjak seiring popularitas perangkat mobile. Pasarnya memang masih sangat besar. Di Indonesia misalnya, taksi yang dipesan dengan aplikasi masih di bawah 2%.
Tiga tahun berjalan, bisnis yang dirintis Anthony tumbuh menjadi aplikasi layanan kendaraan panggilan terbesar di Asia Tenggara. Pria 34 tahun ini memutuskan mengubah nama aplikasi GrabTaxi menjadi Grab pada awal 2016. Dia pun berharap Grab bisa meraih untung di tahun ini dari beberapa layanan.
GrabTaxi memutuskan ganti nama menjadi Grab di tahun 2016 |
Grab telah menggalang pendanaan sebesar US$ 700 juta sejak pertama kali dibangun. Perusahaan ini telah menerima investasi dari SoftBank dari Jepang, China Investment Corp, Temasek Holdings dari Singapura, dan Didi Kuaidi dari China yang memberi layanan serupa dengan Grab.
GrabTaxi jadi aplikasi yang tak tergoyahkan untuk layanan taksi panggilan. GrabCar bersaing dengan Uber dari Amerika Serikat yang juga agresif memperluas pasar operasional untuk layanan mobil panggilan. Sementara di Indonesia, GrabBike bersaing dengan Gojek yang dibangun Nadiem Makarim di bisnis ojek panggilan dan kurir instan.
Meski Tan meninggalkan bisnis keluarga, tetap saja ia berkecimpung di bisnis transportasi. Kakeknya merintis perusahaan Tan Chong Motor yang sampai sekarang mengedarkan mobil Nissan di Malaysia. “Aku hidup di bawah bayang-bayang kakekku. Namanya cukup terkenal di sini dan itu cukup melelahkan,” ujar Tan.
Maka, ia mendirikan Grab untuk lepas dari bayang-bayang keluarga dan mencoba mandiri. Sedangkan dua kakaknya masih bekerja di Tan Chong Motor. Jika performa Grab semakin moncer, bukan tak mungkin nama Anthony akan lebih tenar daripada sang kakek meski halangan menghadang.
Apalagi kalau bukan protes yang makin keras dari para sopir taksi, terutama karena layanan GrabCar. GrabCar ini kurang lebih metodenya sama dengan Uber,pengguna bisa memesan mobil pribadi untuk disewa.
Maka, ia mendirikan Grab untuk lepas dari bayang-bayang keluarga dan mencoba mandiri. Sedangkan dua kakaknya masih bekerja di Tan Chong Motor. Jika performa Grab semakin moncer, bukan tak mungkin nama Anthony akan lebih tenar daripada sang kakek meski halangan menghadang.
Apalagi kalau bukan protes yang makin keras dari para sopir taksi, terutama karena layanan GrabCar. GrabCar ini kurang lebih metodenya sama dengan Uber,pengguna bisa memesan mobil pribadi untuk disewa.
Digoyang Perusahaan Taksi
Ibarat sebuah pohon. Semakin tinggi tumbuh, semakin kencang angin menerpa. Hal ini juga dialami Grab, juga terjadi di Indonesia.
Pada 14 Maret 2016, ratusan sopir taksi berdemonstrasi di Jakarta yang meminta pemerintah memblokir aplikasi mobil panggilan seperti Uber dan GrabCar. Koordinator aksi ini, Sodikin, menilai keberadaan aplikasi ini telah "merampok mata pencahariannya."
Ratusan sopir taksi melakukan demonstrasi di depan Balai Kota DKI Jakarta menuntut pelarangan UberTaxi dan GrabCa |
Disebutkan, kedua perusahaan penyedia aplikasi tersebut telah melanggar pasal 138 ayat (3) UU no. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan, angkutan umum dan/atau barang hanya dilakukan dengan Kendaraan Bermotor Umum. Layanan GrabCar dan Uber pun dinilai melakukan pelanggaran pasal 139 ayat (4) UU no. 22 tahun 2009 mengenai penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jonan juga berpendapat di dalam surat permohonannya bahwa kedua perusahaan tersebut milik negara asing sehingga "dapat berpotensi membahayakan keamanan negara karena masyarakat luas yang menggunakan aplikasi tersebut tidak ada jaminan keamanan atas kerahasiaannya."
Pemblokiran ini tinggal menunggu persetujuan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, yang hingga kini belum memberi komentar.
Grab tak diam saja. Mereka membela diri dengan menyatakan telah memiliki entitas legal di Indonesia dan membayar pajak. "Kehadiran Grab turut membuka lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan kehidupan para mitra pengemudi. Teknologi kami memungkinkan para mitra mendapatkan penghasilan lebih baik," kata Ridzki Kramadibrata, Managing Director Grab Indonesia.
Perusahaan Anthony di Indonesia ini terbilang sigap dalam menanggapi keputusan pemerintah. Kepada CNBC, Anthony sempat berkata bahwa perusahaannya memiliki rekor kerja sama yang baik dengan pemerintah. Dia memastikan telah beroperasi secara legal di semua negara, dan hal ini membedakan Grab dengan Uber di Indonesia yang sampai sekarang tidak memiliki badan hukum.
Anthony sendiri mengatakan lebih suka untuk melihat pasar menentukan pilihan. Dia punya ambisi menjadikan Grab sebagai salah satu perusahaan terbesar di Asia Tenggara dan telah menetapkan pencapaian jangka panjang hingga nanti berusia 50 tahun."Bagaimana kami bisa membangun membangun perusahaan teknologi Asia Tenggara terbesar yang pernah terlihat," tutur Anthony.
Referensi:
0 komentar:
Posting Komentar