Kamis, 30 April 2015

ILMU BUDAYA DASAR BAGIAN 2



I. Bentuk budaya Bengkulu
Adat dan istiadat yang cukup akrab dengan masyarakat Bengkulu, di antaranya: Kain Bersurek, merupakan kain bertuliskan huruf Arab gundul. Kepercayaan masyarakat di Provinsi Bengkulu umumnya atau sebesar 95% lebih menganut agama Islam. Upacara adat juga banyak dilakukan masyarakat di Provinsi Bengkulu seperti, sunat rasul, upacara adat perkawinan, upacara mencukur rambut anak yang baru lahir.
Terdapat empat bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Bengkulu, yakni: Bahasa Melayu, Bahasa Rejang, Bahasa Pekal, Bahasa Lembak. Penduduk Provinsi Bengkulu berasal dari tiga rumpun suku besar terdiri dari Suku Rejang, Suku Serawai, Suku Melayu. Sedangkan lagu daerah yaitu Lalan Balek.
Di bidang kehidupan beragama, kesadaran melaksanakan ritual keagamaan mayoritas penduduk yang beragama Islam secara kuantitatif cukup baik. Kesadaran di kalangan pemuka agama untuk membangun harmoni sosial dan hubungan intern dan antar-umat beragama yang aman, damai dan saling menghargai cukup baik.
Falsafah hidup masyarakat setempat, "Sekundang setungguan Seio Sekato". Bagi masyarakat Bengkulu pembuatan kebijakan yang menyangkut kepentingan bersama yang sering kita dengar dengan bahasa pantun yaitu: "Ke bukit Samo Mendaki, Ke lurah Samo Menurun, Yang Berat Samo Dipikul, Yang Ringan Samo Dijinjing", artinya dalam membangun, pekerjaan seberat apapun jika sama-sama dikerjakan bersama akan terasa ringan juga. Selain itu, ada pula "Bulek Air Kek Pembukuh, Bulek Kata Rek Sepakat", artinya bersatu air dengan bambu, bersatunya pendapat dengan musyawarah.

Berikut bentuk budaya yang berasal dari Bengkulu :
1. Tabot


Festival ini diselengarakan pada tanggal 1 sampai dengan 10 Muharram H (Kalender Arab) di kota Bengkulu. Festival Tabot ini digelar berdasarkan Pesta Budaya Tabot yang dilaksanakan oleh masyarakat Kota Bengkulu dalam rangka memperingati gugurnya Amir Hussain, cucu Nabi Muhammad SAW, di Padang Karbala (Irak).

Festival ini telah diselenggarakan secara tetap oleh masyarakat kota Bengkulu sejak abad 14. Masyarakat kota Bengkulu percaya bahwa apabila perayaan ini tidak mereka selenggarakan maka akan terjadi musibah atau bencana. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila perayaan Tabot ini penuh dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat ritual dan kolosal.

Dalam Pelaksanakan Festival Tabot, ada beberapa peralatan dan perlengkapan yang harus dipersiapkan, diantaranya adalah Pembuatan Tabot, Kenduri dan Sesaji,  Perlengkapan Musik Tabot, Kelengkapan lainnya. Kebudayaan Tabot di Bengkulu dibawa dan diperkenalkan oleh pendakwah dari Punjab, India, tahun 1336 Masehi dan juga oleh pasukan Gurkha (tentara bayaran Inggris) tahun 1685. Festival tahunan ini menjadi tontonan menarik bagi masyarakat dan bahkan digemari wisatawan domestik dan mancanegara. Ratusan, bahkan ribuan orang tumpah-ruah di sepanjang jalan dan lapangan untuk menyaksikan berbagai tahapan prosesi menarik dalam acara tersebut.


Adapun tahapan prosesi ritual tersebut adalah sebagai berikut :

1.    Mengambil Tanah (01 – 04 Muharram)

Upacara ini berlangsung pada malam tanggal 01 Muharram, yaitu sekitar pukul 22.00 Wib. Tanah yang diambil tersebut merupakan tanah yang dianggap mengandung nilai magis. Oleh sebab itu pengambilan tanah tersebut harus dilakukan pada lokasi tertentu, yakni pada tempat yang dianggap keramat menurut mereka.

Lokasi tersebut hanya ada dua tempat di Kota Bengkulu, yaitu :
a.    Keramat Tapak Paderi
Yang terletak di tepi laut berjarak sekitar 100 meter kea rah utara dari Benteng Marlborough. Di sebuah ujung karang yang lebih tinggi dari permukaan pantai, di sudut kanan Pelabuhan Lama.
b.    Keramat Anggut
Yang terletak di pekuburan umum Pasar Tebek dekat Tugu Hamilton di sebelah Hotel Grage Horison Bengkulu.

Upacara ini diibaratkan sebagi tanda melakukan musyawarah dalam menghadapi peperangan, upacaranya dilengkapi dengan sesajen berupa bubur merah putih, gula merah, sirih 7 subang, rokok 7 batang, air kopi pahit, air serabot (jahe), air susu sapi murni, air cendana dan air selasih, kemudian sesajen dido’akan dan ditinggalkan di lokasi pengambilan tanah. Sesudah sesajen dido’akan, mengambil tanah dua kepal, sekepal diletakkan di Gerga (diibaratkan sebagai Benteng).

2.      Duduk Penja
Penja adalah benda yang berbentuk telapak tangan manusia lengkap dengan jari-jarinya, oleh karena itu penja ini disebut juga jari-jari. Dalam setiap kelompok keturunan Tabot terdapat sepasang penja, yang terbuat dari kuningan atau tembaga dan ada juga yang terbuat dari bahan perak. Penja ini menurut keluarga Sipai adalah benda keramat yang dipercaya mengandung kekuatan magis, oleh sebab itu maka harus dirawat, dicuci dengan air bunga dan air limau (jeruk) setiap tahunnya. Prosesi upacara mencuci Penja ini disebut dengan “Duduk Penja”

Duduk Penja dilakukan di rumah seorang sesepuh keluarga Tabot, pimpinan dari kelompok keluarga Tabot bersangkutan, waktunya pada tanggal 05 Muharram sore hari.
Penja (pending jari-jari), merupakan bentuk jari-jari tangan yang terbuat dari tembaga/kuningan, kemudian disimpan di dalam bakul di tempat di dalam rumah Keluarga Keturunan Tabot (KKT). Dengan diawali menurunkan Penja untuk dicuci, dilengkapi dengan sesajen yang terdiri dari air serobat, air susu murni, air kopi pahit, air cendana dan selasih, jeruk nipis, pisang emas dan tebu serta nasi kebuli dan emping. Setelah cuci Penja tersebut, didudukan diatas pelepah rembio yang ditutup dengan kelambu dan diletakkan di dalam Gerga. Selama upacara tersebut diiringi dengan bunyi-bunyian Dol (alat music berupa tamburin) dan Tassa.

3.      Menjara
Menjara artinya mengandung (bahasa Bengkulu) atau berkunjung dengan mendatangi kelompok keluarga yang lain untuk beruji Dol (lomba membunyikan Dol). Dol merupakan alat music tradisional masyarakat melayu Bengkulu. Pada acara Tabot, menjara ini dilakukan dua kali pada dua tempat, yaitu : pada tanggal 06 Muharram kelompok Tabot Bangsal mendatangi kelompok Tabot Berkas dan pada tanggal 07 Muharram, sebaliknya kelompok Tabot Berkas mendatangi kelompok Tabot Bangsal. Acara ini berlangsung dilapangan terbuka yang disiapkan oleh masing-masing kelompok dan dilakukan pada sekitar pukul 20.00 Wib hingga pukul 23.00 Wib.

Upacara Menjara merupakan sebuah perjalanan panjang di malam hari. Menjara atau beruji Dol ditamsilkan sebagai saat-saat terjadinya peperangan antara Husein dan Kaum Yazid. Ritual menjara (saling menyerang) dilakukan di lapangan terbuka dengan diiringi bunyian Dol dan Tassa yang bertalu-talu pada malam hari sekitar pukul 20.00 s/d 24.00 Wib.

4.      Meradai
Acara meradai ini dilakukan pada tanggal 06 Muharram, pelaksanaan acara ini disebut juga dengan Jola, yaitu sekelompok anak-anak yang berusia antara 10 s/d 12 tahun. Acara meradai ini dilakukan di dalam Kota Bengkulu, yang waktunya dilaksanakan pada siang hari. Agar acara ini tidak terjadi tumpang tindih terhadap sasaran, maka sebelumnya dilakukan kesepakatan antara pimpinan kelompok dimana lokasi untuk masing-masing kelompok. Selanjutnya sebelum para Jola turun ke lapangan menjalankan tugasnya, mereka mendapatkan pengarahan dari pimpinan kelompok yang menugaskannya. Di dalam menjalankan tugasnya para Jola harus mengikuti aturan dan petunjuk yang telah ditetapkan.

5.      Arak Penja
Arak Penja atau disebut juga Arak Jari-jari, dilaksanakan pada malam ke delapan dari bulan Muharram. Di mulai sekitar pukul 19.00 Wib hingga pukul 21.00 Wib dengan menempuh rute yang telah ditentukan bersama pada jalan-jalan utama dalam Kota Bengkulu. Pada acara ini setiap kelompok Tabot akan mengirimkan regunya sekitar 10-15 orang, yang sebagian besar terdiri dari anak-anak dan remaja. Acara ini dimulai dan berakhir di depan Rumah Kediaman Jabatan Gubernur Bengkulu.

6.      Arak Serban
Arak Serban / Sorban berlangsung pada malam ke Sembilan bulan Muharram yang dimulai sekitar pukul 19.00 s/d 21.00 dengan star dan finish ditentukan oleh Kelompok keluarga Tabot bersama dengan Pemerintah daerah. Benda yang diarak selain penja, ada juga Serban / Sorban putih diletakkan pada Tabot Coki (Tabot Kecil), dilengkapi dengan bendera / panji-panji berwarna putih dan hijau atau biru yang bertuliskan “Hasan dan Husein” dengan huruf kaligrafi yang indah.

7.      Gam (masa tenang / berkabung)
Satu dari tahapan Upacara Tabot yang sangat penting dan harus dilakukan adalah “Gam”, suatu waktu yang telah ditentukan dengan tidak melukan aktifitas apapun. Gam sendiri berasal dari kata “ghum” yang berarti tertutup atau terhalang. Masa Gam ini berlangsung pada pukul 07.00 Wib sampai dengan sore hari kira-kira pukul 16.00 Wib, dimana pada waktu tersebut semua aktifitas yang berkenaan dengan upacara Tabot tidak boleh dilakukan termasuk menyembunyikan Dol dan Tassa. Jadi masa Gam ini dapat disebut juga masa tenang.

8.      Arak Gedang
Arak gedang merupakan prosesi upacara Tabot yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Bengkulu. Arak gedang dilaksanakan pada tanggal 09 Muharram atau malam ke 10 Muharram, yang dimulai sekitar pukul 19.00 Wib dengan diawali acara ritual pelepasan Tabot bersanding di Gerga masing-masing. Selanjutnya diteruskan dengan Arak Gedang, yaitu group Tabot bergerak dari markas masing-masing secara berombongan dengan menempuh rute yang telah ditentukan. Di jalan protocol semua Tabot bertemu sehingga membentuk Arak Gedang (Pawai Akbar) menuju lapangan utama.

9.      Tabot Terbuang
Acara terakhir dari rangkaian Upacara Ritual Tabot adalah acara Tabot terbuang. Acara ini dimulai pada pukul 09.00 Wib seluruh Tabot telah berkumpul di Lapangan Merdeka di depan rumah jabatan Gubernur Bengkulu. Tabot-tabot disandingkan yang diikuti oleh masing-masing personil kelompok tabot. Pada sekitar pukul 10.00 Wib arak-arakan Tabot dilepas oleh Gubernur Bengkulu untuk menuju komplek pemakaman umum Karabela. Tempat ini menjadi lokasi acara ritual tabot terbuang karena di sana dimakamkan Imam Senggolo (Syeh Burhanuddin) pelopor upacara Tabot di Bengkulu. Dengan berakhirnya Tabot terbuang maka berakhirlah semua prosesi ritual upacara Tabot.




2. Tari Andun


Tari-tarian di provinsi Bengkulu memiliki keanekaragaman gerakan yang berbeda. Di kalangan masyarakat, biasanya tari-tarian ini dilakukan saat ada acara tertentu seperti penyambutan tamu agung, upacara perkawinan, dan upacara keagamaan. Salah satu tarian yang sampai saat ini masih dipentaskan yaitu Tari Andun .
Biasanya tari andun dilakukan oleh para bujang (laki-laki) dan gadis (perempuan) secara berpasangan pada malam hari dengan diringi musik kolintang. Namun, lebih sering ditarikan oleh perempuan terutama yang belum menikah. Tari Andun dari Bengkulu Selatan ini merupakan sebuah tarian guna menyambut para tamu  yang dihormati. Seperti para pejabat atau tamu kenegaraan. Para wisatawan pun suka disambut dengan Tari Andun, dengan tujuan agar tarian ini dikenal lebih luas lagi.
Menurut cerita pada zaman dahulu, Tari Andun biasanya digunakan sebagai sarana mencari jodoh setelah selesai panen padi. Itulah sebabnya tarian ini dilakukan oleh para remaja putra dan putri.
Tarian ini juga dilakukan saat Beterang atau saat seorang anak perempuan sudah melewati masa balita. Seiring berkembangnya zaman dan untuk melestarikannya saat ini tarian andun juga dilakukan sebagai salah satu sarana hiburan bagi masyarakat, khususnya bujang gadis.

3. Batik Besurek


Selain diidentikkan dengan puspa langka Rafflesia, Kota Bengkulu juga dikenal memiliki kerajinan tangan tradisional kain besurek. Kain besurek adalah kain tradisional warisan leluhur masyarakat tradisional Bengkulu yang terbuat dari kain katun dan menyerupai batik jawa. Nama besurek berasal dari kata bersurat ataupun menulis. Jadi, batik besurek bisa diartikan sebagai batik bertulisan. Hal ini karena motif batik besurek sangat khas berupa motif huruf arab gundul (kaligrafi) yang telah dikreasikan. Motif kain tersebut terpengaruh unsur kebudayaan Islam dan inilah yang membedakannya dengan motif batik jawa.


Proses pembuatannya tidak jauh berbeda dengan batik jawa, ada batik yang ditulis atau dicetak. Warna batik besurek sedikit berbeda dengan batik jawa. Apabila batik jawa identik dengan warna coklat, kuning, merah, hijau, dan biru maka batik bersurek didominasi warna lebih cerah dan beragam.

Dalam perkembangan selanjutnya motif kaligrafi tersebut dimodifikasi dengan menambahkan motif lain, seperti motif bunga rafflesia, bunga kibut, burung kuau, atau kembang cengkeh. Satu kain biasanya tidak hanya terdiri dari satu motif melainkan dipadukan dengan motif lainnya.


Terdapat beberapa ragam motif kain bersurek. Pertama, motif kaligrafi Arab yang merupakan tulisan Arab gundul dan kebanyakan tidak bisa dibaca karena memang difungsikan sebagai motif yang terinspirasi bentuk kaligrafi. Kedua, motif rembulan yang bulat dan biasanya dipadukan dengan motif kaligrafi.

Jenis motif yang ketiga adalah kembang melati berpadu dengan kaligrafi. Bunga melati sendiri adalah salah satu jenis flora yang cukup popular dan banyak ditemukan di Bengkulu sejak dulu. Keempat, burung kuau berupa motif bergambar seperti burung tetapi terbuat dari rangkaian huruf kaligrafi.

Motif lainnya adalah motif  bunga rafflesia yang bergambar bunga rafflesia arnoldi, yaitu bunga bangkai khas Bengkulu. Motif ini dapat dikatakan sebagai salah satu motif yang paling banyak dipakai di kain besurek setelah motif kaligrafi. Ada pula motif relung paku dimana bentuknya meliuk serupa sulur atau tanaman relung paku.


Harga kain besurek cukup bervariasi tetapi batik tulis tentu dihargai lebih mahal mencapai Rp70.000,- per meter. Sementara itu, untuk kain besurek cetak mulai dari harga Rp25.000,- per meter.

4. Aksara Kaganga


Penduduk Provinsi Bengkulu terdiri dari berbagai suku dengan berbagai bahasa yang belum tentu di mengerti oleh satu sama lain suku. Tapi perbedaan ini dileburkan oleh Bahasa Melayu yang menjadi bahasa utama di provinsi tersebut.

Salah satu suku bangsa tertua di Pulau Sumatera terdapat di sekitar Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Suku Rejang sendiri memiliki tiga dialek yang perbedaannya mencolok: dialek rejang curup, dialek rejang kepahiang, dan dialek rejang lebong. Perbedaan dikarenakan faktor geografis, faktor sosial, dan faktor psikologis dari Suku Rejang itu sendiri.

Tapi uniknya, mereka tidak hanya hidup dengan bahasa yang berbeda dari suku lainnya, namun juga dengan aksara yang berbeda. Aksara Kaganga namanya.

Asal muasal Kaganga diyakini sebagai turunan aksara Palawa yang berkembang sejak abad ke-12 dan 13. Media yang digunakan untuk menulis Kaganga adalah bilah-bilah bambu yang disebut gelumpai, rotan, kulit kayu, tanduk, batu, dan juga kertas. Isi naskah Kaganga antara lain hokum adat, pengobatan, doa, mantra, kisah kejadian, silsilah atau temborejungperambak  bujang dan gadis, serta cerita rakyat.


Cara menulis Kaganga dari arah kiri kekanan, lalu dari sudut kiri bawah kekanan atas kecuali untuk huruf yang memiliki garis tegak lurus. Garis tersebut berukuran setengah dari tinggi huruf. Bentuk aksara berupa garis dan siku yang terdiri dari 28 grafem dan begitu melekat dengan vokal A, bunyinya: ka, ga, nga, ta, da, pa, ba, ma, sa, nya, ya, wa, ha, a, ra, mba, nda, dan masih banyak lagi.

Jadi ketika menulis kata yang membutuhkan awalan E,I,O dan U, Anda harus tetap menggunakan huruf A dengan merubah bunyinya.

Beberapa ahli bahasa mengklaim bahwa ada hubungan antara aksara ini dengan hieroglif Mesir dan bahasa ibrani. Istilah Kaganga sendiri di cetuskan oleh Mervyn A. Jaspan, antropolog Inggris yang menerbitkan buku Folk Literture of South Sumatera. Menurutnya, kaganga merupakan kerabat beberapa aksara yang tersebar di Sumatera sebelah selatan. Istilah asli yang digunakan oleh masyarakat di Sumatra sebelah selatan adalah Surat Ulu dan diperkirakan pernah digunakan oleh Kerajaan Sriwijaya.

Salah satu Surat Ulu yang ditemukan di Desa Padang Bulan, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, berisikan strategi perang melawan Belanda. Inilah sebabnya mengapa pewaris surat kerap menganggapnya sebagai benda pusaka. Untuk membukanya saja harus menyembelih ayam atau kambing.

Walaupun penggunaan Kaganga sudah terhenti pada abad ke-20, sampai saat ini aksara tersebut terus dilestarikan, dijadikan mata pelajaran muatan local bagi sekolah-sekolah dasar di kabupaten tersebut. Pengajarnya sendiri merupakan guru-guru asli Suku Rejang. Mempelajari Kaganga lebih mudah dari pada aksara Jawa karena grafemnya tidak memilki pasangan.

II. Lagu yang berkaitan dengan Manusia & Cinta Kasih

Judul : Ibu
Penyanyi : Iwan Fals
Pencipta : Iwan Fals
Ibu

ribuan kilo jalan yang kau tempuh

lewati rintang untuk aku anakmu

ibuku sayang masih terus berjalan

walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah
seperti udara kasih yang engkau berikan

tak mampu ku membalas, ibu... ibu...

ingin ku dekat dan menangis di pangkuanmu

sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu

lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku

dengan apa membalas, ibu... ibu...
ribuan kilo jalan yang kau tempuh

lewati rintang untuk aku anakmu

ibuku sayang masih terus berjalan

walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah
seperti udara kasih yang engkau berikan

tak mampu ku membalas, ibu... ibu...



Lagu tersebut berisi tentang segala pengorbanan yang selama ini dilakukan oleh ibu kita, sejak kita kecil hingga kita dewasa, kasih sayang beliau tidak akan pernah padam, dan seorang ibu rela melakukan apapun untuk anaknya.

III. Cerita Pendek yang Berkaitan dengan Keindahan

Keindahan Langit Mata Tuhan

Pada hari itu aku sedang duduk tenang dan melihat langit. Betapa indah ciptaan tuhan. Aku selalu terkagum kagum dengan ciptaan mu. Betapa indah semua yang telah kau ciptakan di bumi dan di langit. aku selalu bersyukur dengan semua rahmat yang kau berikan.
  Tak lama kemudian ibu ku memanggil ….
“sovy.” (itu lah nama ku)
“yah bu, ada apa?”.
“ibu mau minta tolong nak”.
“minta tolong kenapa bu?”.
“tolong beli kan gula di warung internet (warnet)”
“Ooh yah..  bu siap laksanakan” sambil menggambil uang..
  Aku pun bergegas pergi, tapi sebelum aku keluar dari pintu rumah…ibu memanggil kembali??.
“Sovy..sovy.. tunggu ibu” sambil berteriak..
“ada apa bu ?”. kenapa begitu tergesa - gesa?”.
“ibu mau bilang jangan lama nak… soalnya ibu mau pake bahan –  bahan masakanya…”.
Dengan sedikit kaget aku menjawab.
“yaaah bu.. kirain ada apa , yah bu aku kan cepet beli nya”.
  Setelah itu aku pun pergi dengan sepeda dengan sangat cepat mengayuh.. angin yang bertiup sedikit kencang membuat aku sangat sejuk.. tak lama aku telah sampai di warnet dan di situ ku membeli bahab – bahan buat masak untuk ibu…
“permisi, buu?”. Dengan sedikit  ku bertanya
“iya, de ada apa, mau beli apa?”
“ iya bu.. saya mau beli garam dan vetsin ya bu”
“ ooh tunggu sebentar “ jawab ibu penjualan sambil ngambil garam dan vetsinnya…
“ iya makasih bu, saya pulang dulu bu” sambil membayar dan begegas naik sepeda…
  Tak lama kemudain suara gemuruh yang sangat keras terdengar dari langit.. awan putih pun berubah seketika menjadi gelap.. ketika ku mendengar suara ku pun terdiam sejenak dan  melihat kearah langit, aku pun mulai terpaku kembali . dengan maha kuasa nya tuhan. Seketika aku teersentak merasa sedikit terkaget dan melihat garam yang di tangan kanan ku.
“oh yah ibukan menyuruh ku ceoat ..”
Aku pun mengayuh lebih cepat , dengan cuaca yang sedikti mendung .. seakan runtuhan hujan  mengejar ku .
  Setelah sampai kerumah.. aku pun berlari ke dapur menemui ibu yang sedang memasak dan menunggu aku untuk garam dan vestin nya. Ssetelah itu pun aku kembali ke depan teras rumah ku dan melihat air yang turun dari langit yang begitu teratur.aku tersipa kagum dengan semua itu .sungguh indah hujan pun seketika berhenti dengan cepat ,aku pun turun keluar rumah sambil menatap sekitarku yang telah basah oleh siram hujan .cahaya matahari pun keluar dengan malu-malu dan melihat warna-warna yang tersusun rapi di langit ,”itu pelangi’’  aku pun semakin terpukau  melihat keindashan di atas langit itu,’’ya tuhan apakahy ini yang di sebut dengan keindahan langit.betapa besar kekuasaantuhan,aku bersyukur bisa di lahirkan seperti ini yang masih bisa menjadi saksi kebebasanmu tuhan,terima kasih atas keindahn langit mu hari ini.

Sumber :


Referensi :

0 komentar:

Posting Komentar